Oleh
Ketut Agustini-7117110490
<span id='badgeCont764040' style='width:126px'><script src='http://labs.researcherid.com/mashlets?el=badgeCont764040&mashlet=badge&showTitle=false&className=a&rid=C-4182-2017'></script></span>
Ketut Agustini-7117110490
<span id='badgeCont764040' style='width:126px'><script src='http://labs.researcherid.com/mashlets?el=badgeCont764040&mashlet=badge&showTitle=false&className=a&rid=C-4182-2017'></script></span>
A.
Pendahuluan
Dunia pendidikan saat ini semakin
kompetitif, dan perubahan adalah suatu keniscayaan. Sebuah Institusi pendidikan
harus bisa beradaptasi dengan tantangan yang ada sehingga tetap bertahan dan
memberikan hasil yang terbaik. Hal ini hanya dapat dilakukan jika Institusi
Pendidikan menjadi sebuah organisasi belajar.
Layaknya sebagai sebuah organisme
yang hidup di alam bebas dan lingkungan yang terus berubah, Institusi
Pendidikan juga akan dihadapkan pada hukum alam. Ia akan dan telah lahir
sebagai “bayi”, kemudian tumbuh dan berkembang menjadi “anak-anak”, “remaja”,
“dewasa”, dan pada saatnya nanti akan menghadapi “kematian”. Berkenaan dengan
peristiwa “kematian” ini sangat bergantung kepada Insitusi itu sendiri dalam
kemampuannya melakukan adaptasi dan antisipasi terhadap berbagai perubahan yang
terjadi pada lingkungannya.
Terdapat delapan faktor yang mendorong
sebuah organisasi harus terus berubah, menurut Marquardt (2002:p 3-21) yaitu
(1) terjadinya globalisasi dan
ekonomi global (global village) yang
membuat perubahan dalam bidang sosial-ekonomi, berakibat semakin ketatnya
tingkat persaingan dalam bidang barang dan jasa,
(2) perkembangan ilmu pengetahuan,teknologi
dan seni (IPTEKS) yang begitu pesat menuntut individu maupun organisasi untuk
terus belajar/mengupdate pengetahuan yang dimilikinya,
(3) transformasi radikal dalam
dunia kerja, sebagai akibat dari tuntutan penerapan teknologi informasi dan
komunikasi; perubahan dalam struktur organisasi; adanya tuntutan untuk
meningkatkan efektivitas dan efesiensi organisasi; ledakan jumlah pekerja magang;
(4) Perubahan harapan pelanggan
berkenaan dengan aspek harga, mutu, inovasi dari barang dan jasa yang
ditawarkan oleh organisasi, serta waktu dan pelayanan yang diberikan organisasi
(5) perubahan munculnya
pengetahuan dan pembelajaran sebagai aset utama organisasi, dengan memiliki
pengetahuan dan pembelajaran yang berkesinambungan merupakan bahan baku utama
dalam menciptakan kreativitas dan sebagai kekuatan pribadi dan organisasi,
(6) Perubahan harapan pekerja yang
menuntut dimilikinya keahlian dan keterampilan yang lebih tinggi, diterapkannya
berbagai peraturan kerja dalam organisasi, serta harapan-harapan yang menuntut
manajer untuk terus memberi motivasi kepada karyawan dan memberi fasilitas yang
diperlukan untuk melakukan pekerjaan,
(7) perubahan keragaman dan
mobilitas tempat kerja, perusahaan semakin mencapai lintas batas untuk
menemukan keterampilan yang mereka butuhkan, serta (8) perubahan dan kekacauan yang
cepat meningkat.
Berbagai
perubahan di atas akan menimbulkan masalah besar dan bahkan bisa berakibat pada
kematian organisasi apabila tidak mampu diantisipasi dan dipecahkan dengan baik
oleh organisasi. Hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah berbagai masalah
tersebut harus dipecahkan dengan cara yang berbeda. Karena setiap masalah memiliki
karakteristik yang berbeda dan menuntut pemecahan juga yang berbeda.
Sebagaimana diungkapakan oleh Albert Einstein “No problem can be solved from the same consciousness that created it;
we must learn to see the world anew” (Marquart, 2002 : p.19) Untuk itu
setiap organisasi termasuk Undiksha harus terus belajar mencari solusi atas
setiap permasalahan yang diakibatkan oleh perubahan yang tidak dapat
dihindarkan.
Dengan kata
lain, suatu organisasi seperti Undiksha akan mampu bertahan menghadapi
perubahan lingkungan apabila Undiksha juga terus melakukan perubahan baik
melalui proses belajar adaptif maupun generatif. Hal ini sejalan dengan
pendapat Peter F. Drucker dalam “The Post Capitalist Society” bahwa keunggulan
saat ini sangat ditentukan oleh “Proses Belajar”. Siapa yang lebih cepat
belajar dan mampu memanfaatkan keadaan, maka akan muncul sebagai pemenang
(Yusuf dalam Khaerudin, 2009)
B.
Profile
Undiksha Sebagai Sebuah Organisasi Belajar
Universitas
Pendidikan Ganesha (Undiksha) yang dulunya merupakan IKIP Negeri Singaraja, merupakan
Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) Negeri satu-satunya di Bali yang
menghasilkan tenaga kependidikan. Karena adanya perluasan mandate (wider mandate) maka Undiksha juga memiliki
kewenangan untuk menghasilkan tenaga non kependidikan. Saat ini Undiksha
memiliki enam fakultas dan satu program pascasarjana dengan jumlah mahasiswa
sekitar 12.857 orang dengan tenaga administrasi sebanyak 275 orang dan tenaga
pengajar (dosen) sebanyak 489 orang termasuk sekitar 30 orang guru besar
(Profesor).
VISI Undiksha
adalah sebagai “Sebuah
Lembaga Pendidikan Tinggi berkualitas yang dikembangkan berdasarkan Pancasila
dan Undang Undang dasar 1945, yang menjunjung nilai-nilai kemanusiaan,
menghasilkan Tenaga Kependidikan dan Tenaga Non-Kependidikan yang bertaqwa
kepada tuhan Yang Maha Esa, memiliki kemampuan akademis-profesional yang
tinggi, mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni sehingga mampu
menghadapi masa depan serta memenuhi kebutuhan masyarakat”
serta MISI adalah “Menyelenggarakan tridarma perguruan tinggi secara efektif dan efisien,
di tingkat S0 Kependidikan dan Non-Kependidikan, S1 dan Pasca
Sarjana secara berkualitas, bermoral Pancasila, agar hasilnya memiliki daya
saing tinggi dan diterima masyarakat global”.
Melihat visi dan misi serta kewenangan yang dimiliki
Undiksha, agar tetap bisa eksis dan berkembang serta beradaptasi dengan
perubahan yang ada, maka mau tidak mau, Undiksha harus bertransformasi menjadi
sebuah organisasi belajar. Berdasarkan Organisasi belajar menurut Marquardt
bahwa untuk menjadi sebuah organisasi belajar yang berhasil, Undiksha harus
membangun sebuah sistem yang utuh dan komprehensif dengan mengembangkan (1)
Lingkungan belajar yang dinamis dengan melibatkan individu, grup atau tim dan
organisasi; (2) proses transformasi yang mencakup visi, budaya, strategi dan
struktur organisasi; (3) pemberdayaan sumber daya manusia yang ada termasuk
didalamnya pegawai/dosen, pimpinan, mahasiswa dan stakeholder; (4) pengelolaan
pengetahuan melalui mengakuisisi, berkreasi, storage dan retrieval, mentrasfer
dan menggunakan pengetahuan; serta (5) Aplikasi Teknologi melalui sistem
informasi, belajar berbasis teknologi dan sistem elektronik pendukung kinerja (EPSS= electronic performance support systems).
Secara lebih detail akan diuraikan
sebagai berikut,
(1) Mengembangkan Lingkungan belajar yang dinamis dengan
melibatkan individu, grup atau tim dan organisasi. Belajar
merupakan hal yang paling penting, tanpa belajar tidak akan terbentuk sebuah
organisasi belajar. Membentuk sebuah lingkungan belajar yang kondusif merupakan
syarat mutlak untuk menjadi organisasi belajar. Maka dari itu, iklim yang
dinamis dari organisasi seperti Undiksha sangat tergantung dari proses belajar
yang dilakukan oleh anggota organisasinya baik secara individu, tim maupun di
dalam organisasi itu sendiri. Karena dinamika organisasi belajar akan
terjadi hanya melalui individu yang belajar. Sekalipun belajar individu tidak
menjamin terjadinya belajar organisasi, namun tanpa belajar individu tidak akan
terjadi belajar organisasi, demikian dikatakan Peter Senge (Marquardt,2002:p.23).
Upaya
yang telah dilakukan Undiksha dalam mengembangkan lingkungan yang dinamis
diantaranya dengan
-
memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi setiap
anggota organisasi seperti kesempatan
belajar mengelola diri sendiri maupun bersama tim untuk mengikuti
pelatihan-pelatihan dalam rangka mengembangkan kapasitas dirinya contohnya
workshop baik di dalam dan luar, program pencangkokan ke PT yang lebih mapan,dsb
-
menyediakan fasilitas akses internet yang memadai agar
dapat belajar berbantuan komputer dalam proses pembelajaran aktif.
-
berbagi (sharing) pengalaman kerja sehari-hari antar
anggota organisasi melalui rapat rutin HMJ, jurusan, Fakultas dan Lembaga.
-
tugas khusus untuk mengerjakan sebuah proyek serta
-
mengembangkan wawasan pribadi, baik melalui
kegiatan pendidikan formal maupun non formal dan informal contohnya tugas
belajar dosen S2 dan S3.
Iklim belajar
yang dinamis akan terwujud apabila proses belajar bukan hanya dilakukan
individu tetapi juga oleh tim dan organisasi. Belajar tim memiliki peran yang
sangat penting pada saat organisasi menghadapi permasalahan yang kompleks yang
sulit dipecahkan secara individual; dan pada saat memerlukan pemikiran yang
variatif dan komprehensif. Belajar tim yang sangat solid memungkinkan ditemukannya
pemikiran kolektif dan komunikasi yang efektif dan juga kemampuan untuk bekerja
secara kreatif dan konstruktif sebagai sebuah sistem. (Dalam angket total jumlahnya 12)
(2) proses transformasi yang mencakup visi, budaya,
strategi dan struktur organisasi. Undiksha telah melakukan proses
transformasi visi, budaya, strategi dan struktur organisasi saat diberikannya
perluasan mandat (wider mandate) melalui
Peraturan Presiden nomor 11 tahun 2006 yaitu perubahan IKIP Negeri Singaraja menjadi
Universitas Pendidikan Ganesha dengan mereformasi, merestrukturisasi,
memfokuskan kembali peran dan fungsi Undiksha sebagai LPTK serta menjadikannya
sebagai sebuah organisasi belajar. Indikator
Undiksha dalam mendukung visi organisasi belajar dapat dilihat dari dukungan yang
optimal para pimpinan jurusan, fakultas dan lembaga serta unit pendukung
lainnya, melalui kegiatan yang didukung akan masuk dalam anggaran DIPA Lembaga yang
diputuskan dalam Rapat Kerja Lembaga setiap tahunnya untuk kegiatan tahun berikutnya,
serta adanya iklim yang mendukung dan kesadaran para stakeholder akan
pentingnya belajar. Disamping itu, Undiksha tidak hanya belajar dari
keberhasilan yang sudah diraih, juga belajar dari kegagalan-kegagalan dengan
merefleksikan diri serta berpikir terbuka, menjaga komunikasi yang efektif
antar dosen dan pegawai serta pimpinan walaupun belum secara keseluruhan mau
berpikir seperti itu. Tetapi jika prosentase anggota organisasi (Undiksha) yang
memberikan virus positif lebih banyak niscaya akan memberikan pengaruh yang
baik bagi anggota lainnya untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan belajar
adaptif, antisipatori, deutro, dan belajar aksi. Salah satu Contoh belajar dari
kegagalan adalah misalkan saat salah satu jurusan mendapat nilai akreditasi C, disini
diperlukan keterbukaan dari para staf dosen dan pegawai serta pimpinan untuk
bekerja tim kembali untuk memperbaiki kesalah-kesalahan yang terjadi agar
kesempatan revisi akreditasi selanjutnya mendapat nilai lebih baik lagi. (Dalam
angket total jumlahnya 12).
Merujuk pada pendapat Marquardt, terdapat sepuluh strategi utama untuk melakukan transformasi organisasi menjadi organisasi belajar, yang dapat diadopsi oleh Undiksha, yaitu:
Merujuk pada pendapat Marquardt, terdapat sepuluh strategi utama untuk melakukan transformasi organisasi menjadi organisasi belajar, yang dapat diadopsi oleh Undiksha, yaitu:
1) menangani
berbagai konferensi dan penelitian untuk mengembangkan visi organisasi belajar
2)
membangun dukungan dari para top manajer untuk
menjadi organisasi belajar
3)
menciptakan iklim akademik lingkungan Undiksha
untuk melakukan belajar berkelanjutan
4)
merekayasa kembali kebijakan dan struktur
organisasi Undiksha yang memungkinkan anggotanya terus belajar
5)
menerapkan prinsip reward and punishment kepada
anggota yang terus belajar baik secara individual maupun beregu.
6)
membuat belajar menjadi bagian dari seluruh kebijakan
dan prosedur Undiksha
7)
membangun pusat keunggulan yang menjadikan Undiksha
sebagai organisasi belajar
8)
menggunakan pengukuran finansial dan
nonfinansial sebagai sebuah aktivitas belajar
9)
menciptakan waktu, tempat, dan lingkungan fisik
untuk belajar
10) membuat belajar yang disengaja pada setiap
waktu dan di semua lokasi
(3) pemberdayaan sumber daya manusia yang ada termasuk
didalamnya pegawai/dosen, pimpinan, mahasiswa dan stakeholder
Di Undiksha, sumber daya manusia yang
terus diberdayakan agar memberi kontribusi yang positif bagi terbentuknya
organisasi belajar adalah para dosen, karyawan, dan para pimpinan, baik tingkat
universitas, fakultas, lembaga, dan unit pelaksana teknis. Sebagai anggota
organisasi mereka memiliki tugas dan tanggung jawab yang sama untuk
mengembangkan Undiksha sebagai organisasi belajar melalui proses belajar yang
tiada henti.
Untuk mendorong setiap anggota
organisasi Undiksha menjadi pemelajar sepanjang hayat, maka Undiksha harus
memberi kebebasan, kekuatan, dan semangat untuk terus belajar; memaksimalkan
pemberian delegasi otorisasi dan tanggung jawabnya; melibatkan mereka dalam
merencanakan dan mengembangkan organisasi; serta menjaga keseimbangan kebutuhan
organisasi dan kebutuhan individual (Organization
equilibrium), mengembangkan budaya kerja dalam tim, dan tidak kalah
pentingnya adalah memberdayakan pegawai agar mampu bekerja tanpa arahan
langsung dari manajer, atau melaksanakan “continuous
improvement” berdasarkan visi bersama.
Pemberdayaan sumber daya manusia yang
menjadi anggota organisasi Undiksha juga diarahkan agar mereka memiliki
komitmen yang tinggi untuk memajukan Undiksha, melepaskan sentimen individu dan
mengutamakan kepentingan Undiksha, dan berusaha meleburkan diri ke dalam
pemikiran kolektif untuk mencapai tingkat penetrasi dan inovasi yang maksimal.
Membangun keterbukaan antar anggota organisasi juga menjadi prasyarat untuk
terjadinya organisasi belajar yang unggul. Melalui keterbukan diharapkan setiap
anggota organisasi menjadi lebih “well-informed”, sehingga dalam setiap
pengambilan keputusan didasarkan pada data dan fakta yang akurat.
Agar sumber daya manusia yang ada
dalam organisasi Undiksha memberi kontribusi dalam mendorong Undiksha menjadi organisasi
belajar yang unggul, dapat dilakukan dengan cara: (Marquart, 1996)
1. Mengembangkan kebijakan organisasi
yang memberi hadiah kepada para anggota organisasi yang terus belajar
2. menciptakan situasi dan kondisi yang
memungkinkan terjadinya pengelolaan-diri tim kerja
3. memberi kesempatan kepada karyawan dan
dosen untuk terus belajar dan berkarya
4. mendorong para pimpinan universitas,
fakultas, lembaga dan unit pelaksana teknis lainnya untuk menjadi model
pemelajar sepanjang hayat
5. mengundang pemimpin untuk lomba proses
belajar dan proyek
6. menyeimbangkan belajar dan kebutuhan
perkembangan individu dan organisasi
7. mendorong dan meningkatkan partisipasi
pelanggan (mahasiswa, sekolah, Kemendiknas, dll) dalam organisasi belajar
8. menyediakan kesempatan belajar bagi
masyarakat
9. membangun kerjasama belajar jangka
panjang dengan vendor dan suplier
10. memaksimalkan belajar melalui aliansi
(alliances) dan kerjasama (join ventures) dengan stakeholders.
(Dalam angket total jumlahnya 12)
(4) pengelolaan pengetahuan melalui mengakuisisi,
berkreasi, storage dan retrieval, mentrasfer dan menggunakan pengetahuan.
Proses menciptakan pengetahuan dapat
dilakukan secara adaptif dan juga secara generatif. Pengetahuan yang bersifat
adaptif diciptakan dalam upaya mereaksi dan mengatasi permasalahan yang sedang
dihadapi. Berbagai perkembangan dalam bidang sosial, ekonomi, politik, dan
teknologi sering menimbulkan masalah yang harus segera diatasi dengan
pengetahuan baru yang sebelumnya belum dimiliki organisasi. Sedangkan
pengetahuan yang bersifat generatif adalah pengetahuan yang secara sengaja
dikembangkan secara proaktif untuk mengantisipasi berbagai perkembangan dan
perubahan lingkungan, baik secara internal maupun eksternal.
Undiksha sebagai sebuah organisasi
belajar sedang proses melakukan keduanya, menciptakan pengetahuan yang bersifat
adaptif dan generatif. Melalui bidang penelitian sebagai salah satu dari
kegiatan Tridarma perguruan tingginya, Undiksha harus mampu mendorong setiap
anggota organisasi menciptakan pengetahuan. Hasil dari proses ini bukan sekedar
untuk mempertahankan eksistensi organisasi, tetapi diharapkan akan mendorong
perubahan dalam berbagai bidang dalam masyarakat. Lembaga Penelitian memiliki
peran yang strategis untuk memfasilitasi proses penciptaan pengetahuan yang
akan dilakukan oleh anggota organisasi Undiksha. Baik dosen maupun mahasiswa,
atau mungkin juga staf administrasi diberi kesempatan yang luas untuk melakukan
berbagai penelitian untuk mengembangkan dan menciptakan pengetahuan, baik yang
bersifat adaptif maupun generatif.
Ada sejumlah aktivitas yang dilakukan Undiksha
untuk dapat menciptakan pengetahuan, diantaranya melalui belajar dengan
tindakan (action learning), pemecahan masalah secara sistematis (systematic
problem solving), eksperimen, belajar dari pengalaman masa lalu (learning form
past experiences). Dua kegiatan pertama bersifat adaptif, karena dilakukan
untuk mengatasi masalah yang dihadapi, sedangkan dua kegiatan terakhir
dilakukan dalam rangka mengantisipasi perubahan dan dalam upaya perluasan dan
peningkatan kemampuan Undiksha sebagai organisai belajar.
Untuk
kepentingan manajemen pengetahuan yang memadai, Undiksha telah mengembangkan
suatu sistem informasi yang berbasis TIK, yang dikelola secara profesional
(dapat dilihat di www.undiksha.ac.id ).
Dalam kaitan peran dan fungsi Pusat Komputer (Puskom) dalam proses peningkatan/optimalisasi
kinerja. (Dalam angket total jumlahnya 12)
(5) Aplikasi Teknologi melalui sistem informasi, belajar
berbasis teknologi dan elektronik sistem pendukung kinerja (EPSS= electronic performance
support systems). Undiksha dalam proses memanfaatkan TIK sebagai
sarana untuk melaksanakan Belajar Berbasis Teknologi (Technology-Based
Learning). Dengan mengadopsi model belajar berbasis teknologi akan mendorong
seluruh anggota organisasi untuk melek teknologi (technology literacy), dan
terus belajar sesuai dengan kapasitas dan tugasnya masing-masing. Para dosen dituntut
untuk terus belajar mengembangkan bahan ajar, berbagai strategi pembelajaran,
dan sistem evaluasi yang berbasis TIK; Para mahasiswa dituntut untuk mampu
menggunakan dan memanfaatkan perangkat TIK sebagai media dan sekaligus sebagai
sumber belajarnya. Dengan mengadopsi TIK sebagai salah satu sub sistem dalam organisasi
belajar, akan menuntut para karyawan untuk terus belajar bagaimana memanfaatkan
dan mengembangkan manajemen sistem informasi (administrasinya) yang berbasis
TIK; Tentu saja tidak ketinggalan para pimpinan fakultas, unit, dan universitas
juga harus terus belajar dengan memanfaatkan TIK, untuk mendapatkan data dan
informasi yang akurat sebagai dasar dalam pengambilan keputusannya dan
sekaligus untuk mensosialisasi kebijakan yang diambilnya.
Implikasi dari mengadopsi TIK dalam
sistem organisasi adalah diperlukan pengembangan perangkat keras (hardware),
perangkat lunak (software) dan perangkat manusianya (brainware). Di sadari
betul bahwa untuk penyediaan berbagai perangkat ini, akan diperlukan sumber
dana yang tidak sedikit. Di samping penyediaan sejumlah komputer dengan jumlah
yang cukup, pada aspek perangkat keras ini, perlu juga dikembangkan jaringan
yang baik dan memadai yang dapat menghubungkan antara “Pusat TIK” dengan
berbagai unit dan fakultas. Pembangunan jaringan dapat dilakukan dengan
menggunakan sistem kabel atau tanpa kabel (nircable). Pengembangan sarana dan
prasarana “Pusat TIK” juga harus menjadi perhatian serius. Demikian juga dengan
penyediaan dan pengembangan sumber daya manusianya yang profesional dalam TIK
harus mendapat perhatian yang lebih. Evaluasi dan restrukturisasi Pusat
Komputer (Puskom) perlu dilakukan agar dapat bekerja secara optimal dan
profesional, sehingga mampu melayani semua staf dan civitas akademika Undiksha
dan melakukan proses belajar secara berkelanjutan.
(Dalam angket total jumlahnya 12)
C.
Kesimpulan
Dalam
mengantasipasi setiap perubahan baik perubahan yang muncul dari dalam
(internal) maupun dari luar (eksternal), setiap organisasi harus mengatasi
perubahan tersebut dengan baik melalui belajar, karena setiap perubahan akan
memunculkan masalah. Selain itu, untuk menjaga eksistensinya, suatu organisasi
harus mentransformasikan diri menjadi organisasi belajar. Dengan menjadi
organisasi belajar, maka setiap anggota organisasi akan terus menerus belajar
mengembangkan kapabilitasnya, baik secara individual, tim, maupun organisasi;
baik melalui belajar adaptif maupun generatif. Melalui belajar maka organisasi
akan mampu mengelola pengetahuan yang dimilikinya untuk mengatasi setiap
permasalahan yang dihadapi dan mengantisipasi perkembangan dimasa yang akan
datang.
Dari total
hasil angket diperoleh sejumlah 60 poin. Ini menunjukkan bahwa Undiksha
memiliki awal dan kesempatan yang baik sebagai sebuah Organisasi Belajar. Untuk
itu Dalam membangun sebuah organisasi belajar yang unggul, Undiksha harus mampu
mengembangkan dinamika belajar yang dilakukan oleh sivitas akademika, melakukan
transformasi organisasi, memberdayakan sumber daya manusia yang dimiliki, baik
dosen, karyawan, maupun mahasiswa, mengembangkan manajemen pengetahuan yang
baik, dan memanfaatkan teknologi untuk mendukung terjadinya berbagai perubahan
untuk mengatasi dan mengantisipasi berbagai perubahan yang terjadi pada
lingkungan yang akan mempengaruhi eksistensi Undiksha.
.
D.
Daftar
Pustaka
Khaerudin,2009, Membangun UNJ sebagai organisasi yang unggul, Jurnal Teknodik, Vol. XIII No. 1, Juni 2009, Pustekkom, Depdiknas.
Marquardt, Michael J.,2002, Building the Learning Organization, A
Systems Approach to Quantum Improvement and Global Success. New York:
McGraw-Hill.
Reiser, Robert A., Jaohn V. Dempsey. 2007,
Trends and Issues in Instructional Design and Technology, Second Edition. New
Jersey: Pearson Prentice Hall.
Senge, Peter M., The Fifth Discipline:
The Art and Practice of The Learning Organization. 1990
Senge, Peter M., School Thar Learn, A
Fifth Discipline. New York: Doubleday Dell Publishing Group, Inc. 2000
Undiksha, 2010, Buku Pedoman Studi, Undiksha press