Berbicara
mengenai suatu Bidang ilmu Teknologi Pendidikan/Pembelajaran, yang diakronimkan
dengan TP, masyarakat awam masih sering mempertanyakan, apa bedanya TP sebagai
Teknologi Pendidikan dengan TP sebagai Teknologi Pembelajaran? Beberapa LPTK di
Indonesia memang ada yang menggunakan kedua istilah TP tersebut seperti di Univeristas
Negeri Malang dan Universitas Negeri Yogyakarta menggunakan istilah TP sebagai
Teknologi Pembelajaran, sedangkan di UNJ sendiri menggunakan TP sebagai
Teknologi Pendidikan. Rasanya perlu kita telusuri apakah keterkaitan dan perbedaan
dari kedua istilah tersebut. Dalam Tulisan ini juga dibahas sekilas mengenai
Sejarah, Landasan Falsafah, Definisi, Kawasan serta Bidang Garapan TP.
Keterkaitan
dan Perbedaan Teknologi Pendidikan dengan Teknologi Pembelajaran
Teknologi
pembelajaran dan teknologi pendidikan, dua istilah yang terkadang membuat kita
bingung, apakah istilah itu sama ataukah berbeda. Banyak kalangan yang
menyebutnya sebagai suatu istilah yang dapat digunakan secara bergantian dalam
lingkup pengertian yang sama. Namun tak jarang orang yang menganggap keduanya
sebagai istilah yang berbeda dengan alasannya masing-masing.
Dilihat dari
pengertian kata pendidikan dan pembelajaran yang membentuk istilah tersebut
tentu berbeda, menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, “Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya ….”,
sedangkan “Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik
dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”.
Jika
diartikan menurut istilahnya secara umum, secara konseptual teknologi
pendidikan didefinisikan sebagai teori dan praktik dalam desain, pengembangan,
pemanfaatan, pengelolaan, penilaian, dan penelitian proses, sumber, dan sistem
untuk belajar. Definisi tersebut mengandung pengertian adanya komponen dalam
pembelajaran, yaitu teori dan praktik; desain, pengembangan, pemanfaatan,
pengelolaan, penilaian, dan penelitian; proses, sumber, dan sistem; dan untuk
belajar. Jadi istilah teknologi pendidikan lebih luas cakupannya dibandingkan
dengan teknologi pembelajaran. Teknologi pendidikan mencakup sistem lain yang
digunakan dalam proses mengembangkan kemampuan manusia.
Sedangkan
teknologi pembelajaran merupakan suatu bidang kajian khusus ilmu pendidikan
dengan objek formal “belajar” pada manusia secara individu maupun kelompok. Hal
ini karena belajar tidak hanya berlangsung dalam lingkup sekolah, melainkan
juga pada organisasi misalnya keluarga, masyarakat, dunia usaha, bahkan
pemerintahan. Belajar dapat di mana saja, kapan saja dan siapa saja, mengenai
apa saja, dengan cara dan sumber apa saja yang sesuai dengan kondisi dan
kebutuhan.
Istilah
teknologi pembelajaran mencakup banyaknya lingkungan pemanfaatan yang
mengambarkan fungsi teknologi dalam pendidikan secara lebih tepat; dapat
merujuk baik pada belajar maupun pembelajaran; dan pemecahan masalah
belajar/fasilitas pembelajaran, teknologi pembelajaran merupakan suatu bidang
inovasi dalam bidang pendidikan.
Adanya
perbedaan istilah yang digunakan memang sering menimbulkan persoalan berbagai
kalangan. Penggunaan istilah pendidikan dan pembelajaran oleh masing-masing
kalangan memiliki alasan tersendiri. Seperti pendidikan membantu mempertahankan
fokus yang lebih luas untuk bidang teknologi pembelajaran, dan pembelajaran
lebih berkonotasi pada lingkungan belajar untuk masing-masing objeknya.
Perbedaan
bukanlah hal yang dapat menjadikan suatu perpecahan dalam mengkategorikan dari
masing-masing istiah tersebut. Istilah tersebut tetap akan terpakai sesuai
dengan tujuan dari masing-masing penggunaannya. Karena teknologi pembelajaran
merupakan bagian dari teknologi pendidikan, dalam pengertian bahwa teknologi
pembelajaran merupakan bentuk operasional dari teknologi pendidikan.
Namun ada
sisi lain yang juga perlu kita ketahui, bahwa teknologi pendidikan maupun
teknologi pembelajaran merupakan suatu bidang/disiplin ilmu yang perlu kita
pelajari dan pahami dengan bijak. Karena keduanya menggunakan pendekatan sistem
yang holistk dan komprehensif, bukan pendekatan yang bersifat parsial.
Dari
pemaparan tersebut, secara sederhana dapat disimpulkan perbedaan keduanya jelas
terlihat mulai dari definisi, kawasan kajian, dan ruang lingkup keduanya.
Sedangkan hubungan keduanya adalah keterkaitan antar teknologi pembelajaran
dengan teknologi pendidikan. Mengingat teknologi pembelajaran adalah bagian
dari teknologi pendidikan itu sendiri.
Melihat
keterkaitan dan perbedaan dari Teknologi Pendidikan dan Teknologi Pembelajaran
dari penjelasa diatas, untuk selanjutnya penulis lebih cenderung menggunakan
istilah Teknologi Pendidikan.
Sejarah Perkembangan TP
Sejarah
perkembangan Teknologi Pendidikan telah berlangsung dari waktu yang lama
sekali, banyak pendapat dan kejadian sejarah yang mendasari awal perkembangan Teknologi
Pendidikan, terutama yang berkaitan dengan perkembangan instruksional. Untuk
itu di sini akan sedikit menguraikan kembali sekelumit hal yang berkaitan
dengan sejarah perkembangan Teknologi Pendidikan ( pengajaran dan intruksional
).
Sejarah perkembangan
teknologi pendidikan menjadi sangat singkat jika dihitung bagaimana jabatan dan
pola pikir telah dibawa bersama sama untuk menciptakan bidang galian dari
teknologi pendidikan . peserta didik dari teknologi pendidikan sepanjang tahun
1960 pada umumnya mengikuti salah satu dari dua jalur berikut yaitu pendekatan
Audio Visual atau belajar terprogram yang masing masing telah dihubungkan
dengan sejumlah kerangka konseptual, adopsi praktis dari kegitan mereka,
pelatihan dan kepribadian mereka.
Bagaimana gerakan
terbentuknya teknologi pendidikan dimulai oleh salah satu pakar yaitu Dr. James
Finn, yang pada saat itu menjadi kepala devisi pendidikan audio visual (DAVI),
salah stu tulisan Finn yang terkenal adalah tentang Teknologi dan Proses
Pembelajaran. argument utamanya adalah bahwa dalam banyak bidang, masyarakat
Amerika Utara telah diubah oleh teknologi dan teknologi itu tak bisa diacuhkan
pengaruhnya terhadap pendidikan, cepat atau lambat.
Pada waktu
itu dua kecendrungan utama yang dapat membedakan tetapi mereka mengalirkan pada
arah kebalikan, yaitu : yang pertama adalah kecendrungan ke arah pembelajaran
teknologi masa , seperti dngan mencotohkan keunggulan televisi. Dan yang kedua
adalah kecendrungan ke arah individualisme.
Teknologi
Pendidikan muncul sebagai bidang studi dan kategori jabatan baru pada tahun
1960, tetapi sebelum itu banyak peristiwa sejarah yan menajad dasar dari sebuah
pondasi teknologi pendidikan secara keseluruhan. Seperti sejarah perkembangan
Instruksional atau pengajaran. Disini penulis akan menuliskan lebih lanjut
mengenai sejarah perkembangan tersebut, menyangkut perkembangan Teknologi
Instruksional, terdapat beberapa pendapat mengenai hal tersebut, mereka
membaginya ke dalama beberapa priode, di antaranya :
a. Periode
1932 – 1959.
Brown (1984)
membahas penjelasan yang dikemukakan Seattler sekitar perkembangan teknologi
instruksional. Seattler mengemukakan bahwa teknologi instruksional memiliki dua
landasan filosofis dan teoritis yang sangat berbeda, yaitu; physical science
dan yang kedua behavior sicence.
Seattler
menjelaskan bahwa konsep ilmu pengetahuan alam tentang teknologi instruksional
biasanya berarti penggunaan ilmu pengetahuan alam dan teknologi rekayasa,
seperti projektor, tape recorder, televisi dan teaching mekanik untuk
menyajikan sekolompok materi instruksional., cirinya adalah bahwa konsep ini
memandang berbagai media sebagai pembantu untuk mengajar dan berkecendrungan
untu lebih memperhatikan alat dan prosedur dari pada memperhatikan perbedaan
individual siswa atau materi pelajaran. Gagasan yang paling berpengaruh dan
berakar pada konsep imu pengetahuan alam tentang teknologi instruksional ialah
memasukkan material (audio visual) dan mesin (proyektor atau gambar hidup. dan
mesin (proyektor atau gambar hidup).
b. Periode
1960 – 1969.
Beberapa
kejadian memberikan masukan terhadap prgeseran teoritis secara besar besaran
berkenan dengan teknologi intruksional pada akhir tahun 1950 dan awal 1960an,
terutama peritiwa peluncuran sputnik pada tahun 1957 yang mencengangkan dunia.
Akibat dari itu, terutama di Amerika, sekolah dikritik karena kegagalannya
mengjarkan science dan matematika dalam kapaitas yang cukup. Karena itu tekanan
lebih di alamatkan kepada teknologi instruksional, akibatnya terdapat dua
konstruk teoritis muncul secar bersamaan yang mempengaruhi lapangan teknologi
instruksional. Pertama yaitu pengaruh yang kuat dari aliran behaviorisme
terhadap semua pendekatan belajar dan yang kedua adalah pendekatan sistem
sistem yang datang dari teknik mesin dan teknologi. Gerakan yang berbeda ini
akhirnya melahirkan dan saling melengkapi yang disebut dengan Pengajaran
Terprogram. Gerakan kaum behavioris melahirkan pegembangan tujuan behavioral,
karena diperlukan perumusan tingkah laju lebih lanjut dalam merancang sebuah
proses pembelajaran.
c. Periode
1970 – 1983.
Mendekati
akhir tahun 1970, muncul kembali pendekatan kognitif dalam pembelajaran. Banyak
ahli pikologi yang mengsulakan hal tersebut, salah satunya Wittrock.menurutnya
penekatan kognitif berimplikasi bahwa belajar dan pengajaran secara ilmiah akan
lebih produktif bila dipelajari sebagai sesuatu yang bersifat internal, yakni
suatu proses kognitif berperantara dari pada sebagai produk langsung dari
lingungan, orang atau fktor eksternal lainnya.
d. Periode
1983 – muthakir.
Pada masa
ini berlangsung kekacau balauan akibat pertengan dari landasan teoritik
teknologi instruksional. Perbedaan pendapat ini terutama dialamatkan kepada
para perintis audio Visual. Seperti Salomon, yang menganggap audio visual itu
sebagai agen informasi dan bukan sebagai stimulus yang langsung untuk respon
tertentu. Lebih lanjut mereka berpendapat bahwa media tidak lebih dari
kendaraan yang menganku para ahli ke konfrensi pemecahan masalah dan memberi
sumbangan terhadappemahaman para ahli tentang masalah tersebut.
Lebih lanjut
dari itu sejarah perkembangan Teknologi Pendidikan tidak hanya terbatas pada
hal tersebut saja, kita tidak bisa begitu saja melepaskan kaitannya dengan
sejarah perkembangan Teknologi Pengajaran. Beberapa para ahli menyebutnya
demikian dan mereka menjelaskan perkembangan teknologi pembelajaran ke dalam
beberapa masa sejarah, diantaranya:
1) Metode
Kaum Sufi.
Perkembangan
dari berbagai metoda pengajaran merupakan tanda lahirnya teknologi pengajaran
yang dikenal saat ini. Beberapa pendidik pada masa lampau, yaitu golongan Sufi
di Yunani, para ahli pendidikan memandang menduga kaum Sufi merupakan kaum
teknologi pengajaran yang pertama. Mereka menyampaikan pelajaran dengan
berbagai cara dan teknik, mula mula mereka menyampaikan bahan pelajaran yang
telah disampaikan secara matang, kemudian mereka melanjutkan dengan perdebatan
yang dilakukan dengan secara bebas, pada saat itulah proses kegiatan belajar
itu berlangsung. Kemudian jika ada minat dari mayarakat untuk belajar, akan dibuat
kontrak dan untuk kemudian menjadi sistem tutor. Pandangan ajaran kaum Sufi
tersebut di atas didasarkan atas;
Bahwa
manusia itu berkembang secara evolusi. Seorang dapat berkembang dengan teratur
tahap demi tahap menuju kepada peradaban yang lebih tinggi. Melalui
teknologilah pembelajaran dapat diarahkan secara efektif.
Bahwa proses evaluasi itu berlagsung terus, terutama aspk-aspek moral dan
hukum.
Sejarah dipandang sebagai gerak perkembangan yang bersifat evousi
berkelanjutan.
Demokrasi dan persamaan sebagai sikap masyarakat merupakan kaidah umum.
Bahwa asas teori pengetahuan bersifat progresif, pragmatis, empiris dan
behavioristik.
Gagasan kaum Sofi ini cukup banyak mempengaruhi kurikulum di Eropa, misalnya
penggunaan retorika, dialektika, dan gramar sebagai materi utama dalam
quadrivium dan trivium.
2) Metode
Socrates
Bentuk
pengajaran lebih ke dalam bentuk berfilsafat, metode yang dipakan disebut
dengan Maieutik atau menguraikan, yng sekarang dikenal dengan nama metoda
inkuiri. Pelaksanaanny berlangung dengan cara “take and give of conversation”.
Dengan cara memberikan pertanyaan yang mengarah kepada suatu masalah tertentu.
Pada dasarnya Socrates mengajarkan tentang mencari pengertian, yaitu suatu
bentuk tetap dari sesuatu.
3) Metode
Abelard.
Metode
Abelard ini berlangsung pada masa pemerintahan Karel Agung di Eropa. Metoda
yang di pakai bertujuan untuk membentuk kelompok pro dan kontra terhadap suatu
materi. Guru tidak memberikan jawaban final tetapi siswalah yang akan
menyimpulka jawaban itu sendiri. Metoda ini biasa disebut dengan “Sic et Non”
atau setuju atau tidak.
4) Metoda
Lancaster
Metoda
Lancerter ini dalam bentuk sistem Monitoring yang merupakan bentuk pengajaran
yang unik, meliputi pengorganisasian kelas, materi pelajaran sesuai dengan
rencanannya yang meningkat dan dikelola secara ekonomis. Lancaster mempelajari
konstruksi kelas kusus yang dapat mendayagunakan secara efektif penggunaan
media pengajaran dan pengelompokan siswa. Dalam sistem pengajaran Lacaster,
pemakaian media pengajaran masih sederhana. Seperti penggunaan pasir dalam
melatih siswa menulis.
5) Metoda
Pestalozi.
Pengamatan
pada alam merupakan landasan utama dari proses daktiknya. Pengetahuan bermula
dari adanya pengamatan , dan pengamatan menimbulkan pengertian, selanjutnya
pengertian yang bari itu menimbulkan pengertian yang selanjutnya pengertiaan
tersebut bergabung dengan yang lama untuk menjadi sebuah pengetahuan. Dan dapt
dikatakan bahwa perintisan ke arah peendayagunaan perangkat keras ata hardware
sebenarnya telah dimulai pada masa Pestazoli ini, seperti penciptaan papan
aritmatik yang terbagi dalam kotak kotak yang di setiap kotaknya diberi
garis-garis yang secara keseluruhan berjumlah 100 kotak kecil. Selain itu
Pestalozi juga menciptakan stylabaries untuk melatih siswanya dalam mempelajri
angka, bentuk, posisi dan warna disain.
6) Metoda
Froebel.
Metode
Froebel didasarkan kepada metodologi dan pandangan filsafafnya yang intinya
mengatakan bahwa pendidkan masa kanak kanak merupakan hal paling penting untuk
keseluruhan kehidupnnya. Karena itulah Froebel mendikrikan Kindergarten atau
yang lebih dikenal dengan Taman Kanak – kanak. Metoda pengajaran Kindergasten
dari Froebel meliputi kegiatan berikuti :
Bermain dan
bernyanyi
Membentuk
dengan melakukan kegiatan.
Grift dan
Occupation.
7) Metoda
Friedrich Herbart.
Praktek
pendidikan Herbert terlihat adanya pengaruh Freobert terutama pada aspek
pengembangan moral sebagai tujuan utama pendidikan. Metoda instruksionalnya
didasarkan kepada ilmu jiwa yang sistematis. Dengan demikian siswa secara
pikologis dibentuk oleh gagasan yang datang dari luar.
Landasan Falsafah Teknologi Pendidikan
Berdasarkan
tinjauan falsafah ilmu, setiap pengetahuan mempunyai tiga komponen yang
merupakan tiang penyangga tubuh pengetahuan yang didukungnya. Ketiga komponen
tersebut adalah :
1) Ontology (apa). Merupakan asas dalam menetapkan ruang lingkup ujud yang
menjadi objek penelaahan, serta penafsiran tentang hakikat realitas dari objek
tersebut.
2) Epistemology (bagaimana). Merupakan asas mengenai cara bagaiman materi
pengetahuan diperoleh dan disusun menjadi suatu tubuh pengetahuan.
3) Aksiologi (untuk apa). Merupakan asas dalam menggunakan pengetahuan yang telah
diperoleh dan disusun dalam tubuh pengetahuan tersebut.
Dengan
ketiga komponen tersebut di atas, maka akan terdapatlah rumusan yang dapat
menjawabnya. Rumusan tersebut menurut Sir Eric Ashby (dalam, Miarso, 2004:
104), tergambar dalam revolusi-revolusi sebagai berikut:
Revolusi Pertama. Terjadi pada saat orang tua atau
keluarga menyerahkan sebagian tanggung-jawab pendidikannya kepada orang lain
yang secara khusus diberikan tanggung-jawab untuk itu. Revolusi ini tidak
diketahui dengan pasti awal terjadinya.
Revolusi Kedua. Terjadi pada saat guru sebagai
orang dilimpahkan yanggung-jawab untuk mendidik, pengajarn saat itu diberikan
secara verbal/lisan, dan sementara itu kegiatan pendidikan dilembagakan dengan
berbagai ketentuan yang dibakukan. Revolusi kedua ini jugatidak diketahui
permulaannya.
Revolusi Ketiga. Muncul dengan ditemukannya mesin
cetak, yaitu memungkinkan tersebarnya informasi iconic dan numeric dalam bentuk
buku atau media cetak lain. Dalam sejarahnya revolusi ketiga ini meskipun dalam
literatur Barat banyak menganganggap bahwa Gutenberg-lah yang menemukaan mesin
cetak ini, akan tetapi jauh sebelumnya dikemukaan bahwa teknik pencetakan telah
berkembang lebih dulu di Cina.
Revolusi Keempat. Pada revolusi ini berlangsung
dengan perkembangan yang pesat dibidang elektronik. Yang paling menonjol adalah
media komunikasi (radio, televisi, tape, dll). Dengan pesatnya perkembangan
elektronik, pendidikan mulai difokuskan pada mengajar anak didik tentang
bagaimana belajar. Ajaran selanjutanya akan diperoleh di pembelajar sepanjang
usia hidupnya melalui sumber dan saluran.
Definisi, Kawasan dan Bidang Garapan Teknologi
Pendidikan
Menurut
defenisi tahun 1994 teknologi pendidikan dirumuskan dengan berlandaskan lima
bidang garapan yaitu : Desain, Pengembangan, Pemanfaatan, Pengelolaan, dan
Penilaian.
Hubungan Antar Kawasan Teknologi Pendidikan
Masing-masing
kawasan teknologi pendidikan bersifat saling melengkapi dan setiap kawasan
memberikan kontribusi terhadap kawasan yang lain dan kepada penelitian maupun
teori yang digunakan bersama oleh semua kawasan.
Deskripsi Masing-masing Kawasan Teknologi Pendidikan
a.
Kawasan Desain
Beberapa
faktor pemicu kawasan ini adalah : 1) artikel tahun 1954 dari B.F. Skinner “The
Science of Learning and the Art of Teaching” disertai teorinya tentang
pembelajaran berprogram; 2) buku tahun 1969 dari Herbert Simon “The Science of
Artifisial” yang membahas karakteristik umum dari pengetahuan preskriptif
tentang desain; dan 3) pendirian pusat-pusat desain bahan pembelajaran dan
terprogram, seperti “Learning Resource and Development Center” di Universitas
Pittburgh pada tahun 1960an, (dikutip dari Teknologi Pembelajaran Defenisi dan
Kawasannya oleh Barbara B. Seels, dan Rita C. Richey Hal.30 s.d. 31).
Desain
adalah proses untuk menentukan kondisi belajar. Tujuan desain adalah untuk
menciptakan strategi dan produk pada tingkat makro, seperti program dan
kurikulum, dan pada tingkat mikro, seperti pelajaran dan modul.(Barbara B.
Sells, Rita C. Richey, 1994).
Kawasan
desain meliputi studi mengenai desain sistem pembelajaran, desain pesan, strategi
pembelajaran dan karakteristik pemelajar. Defenisi dan deskripsi dari
masing-masing daerah liputan tersebut adalah sebagai berikut (dikutip dari
Teknologi Pembelajaran Defenisi dan Kawasannya oleh Barbara B. Seels, dan Rita
C. Richey Hal.33 s.d. 35) :
1) Desain
Sistem Pembelajaran. Desain Sistem Pembelajaran (DSI) adalah prosedur yang
terorganisasi yang meliputi langkah-langkah penganalisaan, perancangan,
pengembangan, pengaplikasian dan penilaian pembelajaran.
2) Desain
Pesan. Desain pesan meliputi “perencanaan untuk merekayasa bentuk fisik dari
pesan” (Grabowski, 1991 : 206). Hal tersebut mencakup prinsip-prinsip
perhatian, persepsi dan daya serap yang mengatur penjabaran bentuk fisik dari
pesan agar terjadi komunikasi antara pengirim dan penerima.
3) Strategi
Pembelajaran. Strategi Pembelajaran adalah spesifikasi untuk menyeleksi serta
mengurutkan peristiwa belajar atau kegiatan pembelajaran dalam suatu pelajaran.
4)
Karakteristik Pemelajar. Karakteristik pemelajar adalah segi-segi latar
belakang pengalaman pemelajar yang berpengaruh terhadap efektivitas proses
belajarnya.
b.
Kawasan Pengembangan
Kawasan
pengembangan berakar pada produksi media. Teknologi merupakan tenaga penggerak
dari kawasan pengembangan, oleh karena itu kita dapat merumuskan berbagai jenis
media pembelajaran dan karakteristiknya.
Kawasan
pengembangan dapat diorganisasikan dalam empat kategori : teknologi cetak (yang
menyediakan landasan untuk kategori yang lain), teknologi audiovisual,
teknologi berazaskan komputer, dan teknologi terpadu. (Barbara B. Sells, Rita
C. Richey, 1994).
1) Teknologi Cetak. Teknologi cetak adalah
cara untuk memproduksi atau menyampaikan bahan, seperti buku-buku dan
bahan-bahan visual yang statis, terutama melalui proses pencetakan mekanis dan
fotografis.
2) Teknologi Audiovisual. Teknologi
audiovisual merupakan cara memproduksi dan menyampaikan bahan dengan
menggunakan peralatan mekanis dan elektronis untuk menyajikan pesan-pesan audio
dan visual.
3) Teknologi berbasis Komputer. Teknologi
berbasis computer merupakan cara-cara memproduksi dan menyampaikan bahan dengan
menggunakan perangkat yang bersumber pada mikroprosesor.
4) Teknologi Terpadu. Teknologi terpadu
merupakan cara untuk memproduksi dan menyampaikan bahan dengan memadukan
beberapa jenis media yang dikendalikan computer.
c.
Kawasan Pemanfaatan
Pemanfaatan
adalah aktivitas menggunakan proses dan sumber untuk belajar. Mereka yang
terlibat dalam pemanfaatan mempunyai tanggung jawab untuk mencocokan pemelajar
dengan bahan dan aktivitas yang tertentu, menyiapkan pemelajar agar dapat
berinteraksi dengan bahan dan aktivitas yang dipilih, memberikan bimbingan
selama kegiatan, memberikan penilaian atas hasil yang dicapai pemelajar, serta
memasukannya ke dalam prosedur organisasi yang berkelanjutan.
Seperti yang
dikutip dari Teknologi Pembelajaran Defenisi dan Kawasannya oleh Barbara B.
Seels, dan Rita C. Richey Hal.50 s.d. 51, terdapat empat kategori dalam kawasan
pemanfaatan yaitu : Pemanfaatan media, difusi inovasi, implementasi dan
institusionalisasi (pelembagaan), serta kebijakan dan regulasi.
1) Pemanfaatan Media. Pemanfaatan media
ialah penggunaan yang sistematis dari sumber untuk belajar. Prinsip-prinsip
pemanfaatan juga dikaitkan dengan karakteristik pemelajar. Seorang yang belajar
mungkin memerlukan bantuan keterampilan visual atau verbal agar dapat memahami
media belajar.
2) Difusi Inovasi. Difusi inovasi adalah
proses berkomunikasi melalui strategi yang terencana dengan tujuan untuk
diadopsi. Tujuan akhir yang ingin dicapai ialah untuk terjadinya perubahan.
Tahap awal dalam proses ini ialah membangkitkan kesadaran melalui desiminasi
informasi. Proses tersebut meliputi tahap-tahap seperti kesadaran, minat,
percobaan dan adopsi.
3) Implementasi dan Pelembagaan.
Implementasi ialah penggunaan bahan dan strategi pembelajaran dalam keadaan
yang sesungguhnya. Sedangkan pelembagaan ialah penggunaan yang rutin dan
pelestarian dari inovasi pembelajaran dalam suatu struktur atau budaya
organisasi.
4) Kebijakan dan Regulasi. Kebijakan dan
regulasi adalah aturan dan tindakan dari masyarakat (atau wakilnya) yang
mempengaruhi difusi atau penyebaran dan penggunaan teknologi pembelajaran.
d.
Kawasan Pengelolaan
Pengelolaan
meliputi pengendalian Teknologi Pembelajaran melalui perencanaan,
pengorganisasian, pengkoordinasian dan supervisi. Pengelolaan biasanya
merupakan hasil dari penerapan suatu sistem nilai. Kerumitan dalam mengelola
berbagai macam sumber, personil, usaha desain maupun pegembangan akan semakin
meningkat dengan membesarnya usaha dari sebuah sekolah. Terdapat empat kategori
dalam kawasan pengelolaan yaitu : pengelolaan proyek, pengelolaan sumber,
pengelolaan sistem penyampaian dan pengelolaan informasi.
1) Pengelolaan Proyek. Pengelolaan proyek
meliputi perencanaan, monitoring dan pengendalian proyek desain dan
pengembangan. Para pengelola proyek bertanggung jawab atas perencanaan,
penjadwalan dan pengendalian fungsi desain pembelajaran atau jenis-jenis proyek
yang lain.
2) Pengelolaan Sumber. Pengelolaan sumber
mencakup perencanaan, pemantauan, dan pengendalian sistem pendukung dan
pelayanan sumber.
3) Pengelolaan Sistem Penyampaian.
Pengelolaan sistem penyampaian meliputi perencanaan, pemantauan, pengendalian
cara bagaimana distribusi bahan pembelajaran diorganisasikan.
4) Pengelolaan Informasi. Pengelolaan
informasi meliputi perencanaan, pemantauan dan pengendalian cara penyimpanan,
pengiriman/pemindahan atau pemrosesan informasi dalam rangka tersedianya sumber
untuk kegiatan belajar.
e.
Kawasan Penilaian
Penilaian
dalam pengertian yang paling luas adalah aktivitas manusia sehari-hari. Dalam
kehidupan sehari-hari kita selalu menakar nilai aktivitas atau kejadian
berdasarkan kepada sistem penilaian tertentu. Penilaian ialah proses penentuan
memadai tidaknya pembelajaran dan belajar. Penilaian mulai dengan analisis
masalah. Ini adalah langkah yang penting dalam pengembangan dan penilaian
pembelajaran karena tujuan dan hambatan dijelaskan pada langkah ini. (Barbara
B. Sells, Rita C. Richey, 1994).
Dalam
kawasan penilaian terdapat empat subkawasan yaitu : Analisis masalah,
pengukuran acuan patokan, penilaian formatif dan penilaian sumatif.
1) Analisis Masalah. Analisis masalah
mencakup cara penentuan sifat dan parameter masalah dengan menggunakan strategi
pengumpulan infomasi dan pengambilan keputusan.
2) Pengukuran Acuan-Patokan (PAP).
Pengukuran acuan patokan meliputi teknik-teknik untuk menentukan kemampuan
pemelajar menguasai materi yang telah ditentukan sebelumnya. Pengukuran acuan
patokan yang sering berupa tes, juga dapat disebut acuan isi, acuan tujuan,
atau acuan kawasan. Sebab, kriteria tentang cukup tidaknya hasil belajar
ditentukan oleh seberapa jauh pemelajar telah mencapai tujuan. PAP memberikan
informasi tentang penguasaan seseorang mengenai pengetahuan, sikap, atau
keterampilan yang berkaitan dengan tujuan.
3) Penilaian Formatif dan Sumatif.
Penilaian formatif berkaitan dengan pengumpulan informasi kecukupan dan
penggunaan informasi ini sebagai dasar pengembangan selanjutnya. Sedangkan
penilaian sumatif berkaitan dengan pengumpulan informasi tentang kecukupan
untuk pengambilan keputusan dalam hal pemanfaatan. (dikutip dari Teknologi
Pembelajaran Defenisi dan Kawasannya oleh Barbara B. Seels, dan Rita C. Richey
Hal. 61 s.d. 63).
Daftar
Pustaka
Barbara B.Seels
& Rita C. Richey, 1994, Teknologi Pembelajaran Definisi dan Kawasannya,
Seri Pustaka Teknologi Pendidikan No.12, AECT Washington DC